Gajah Apa Yang Paling Bersih

Kumpulan Cerita Humor - Kanibal Ungke tengah asik selonjoran di teras, lalu Utu yang kebetulan melalui singgah.
“Dari manakah ngana?” bertanya Ungke.
“Dari warong.”
Lihat Ungke repot dengan ponselnya, Utu merayu kawan satunya itu.
“Eh, Ungke, ngana tahu makna kata kanibal?” bertanya Utu, yang berdiri di samping Ungke.
Ungke mendongak, “Ya, nintau no (tidak paham).”
“Masak le? Kalu bagitu, skarang kita mo bertanya pa ngana. Contohnya ngana bunung (bunuh) kong ngana, makang pa ngana pe ibu deng ayah, beberapa orang mo pangge (panggil) apakah dang pa ngana?”
“Yatim piatu, noh.”
Gajah Apa Yang Paling Bersih
Pil KB

Kakak ipar Ungke memiliki kandungan lagi. Namanya Brenda. Sebab suaminya barusan ke luar kota, Brenda minta tolong Ungke mengantarnya ke bidan.
Sesampainya di klinik, bidan menanyakan pada Brenda, “Bukang ngana yang beberapa waktu ada hadir meminta pil KB?”
“Iyo, kita no, bidan,” jawab Brenda.
“Trus… skarang ada kiapa?”
“Kita hamil lagi.”
“Tu pil KB kita kase pa ngana dang, nyandak (tidak) minum?” bertanya bidan heran.
“Bagimana nyandak mo hamil, pil baru berada di leher, calana so sampai (sampai) lutut.”

Kacamata 

Besoknya, gantian pamannya Ungke, Bonza, yang minta pertolongan untuk diantar ke klinik dokter mata.
“Om Bonza jarak 10 mtr. so nyandak mo dapa lia (lihat) orang. Tengah ngana barusan kelak so dekat baru Om kenal,” sharing pamannya.
Sesampainya di klinik, dokter mata selekasnya mengecek Om Bonza.
“Sebelumnya so sempat pakai kacamata?” bertanya dokter.
“Blum, Dok.”
“Nah, coba badiri situ. Baru haga (pandangi) huruf apakah itu?” bertanya dokter itu, sekalian menunjuk poster yang berjejer huruf-huruf serta angka-angka, dari ukuran terbesar sampai yang paling kecil.
“Adoh, nyandak jelas huruf apakah,” kata Om Bonza sekalian menggaruk-garuk kepala.
“Kalu ini?” lagi dokter menunjuk huruf yang semakin besar ukurannya.
“Nyandak jelas le, Dok.”
Sebagian besar huruf serta angka ditanyakan dokter itu, tetapi Om Bonza sering menjawab: nyandak jelas.
“Masak samua nyandak jelas?” bertanya dokter itu heran.
“Kita nyandak skolah kwa, Dok. Menjadi nintau (tidak paham) ba baca.”

Terserempet Angkot

Ungke miliki adik bernama Boni. Satu hari, Boni yang masih tetap SD itu pulang sekolah dengan tangan serta kaki penuh lecet.
“Kiapa ngana ini?” Ungke memilin-milin perlahan lengan adiknya, melihat-lihat lecet itu.
“Tadi ada oto mikro (angkot) sambar pa Boni,” beradu Boni.
“Kong tu sopir nyandak bawa serta ka puskesmas?”
“Nyandak, Kak. Hanya lecet bagini kwa. Mar sopir kase 200 ribu pa Boni,” ceritanya, sekalian tunjukkan dua lembar uang bergambar Bung Karno serta Bung Hatta.
Besoknya, sepulang sekolah, Boni heran lihat kakaknya berdiri di dalam jalan. Ditambah lagi, ada mobil truk dengan kecepatan tinggi, meluncur mengarah kakaknya.
“Kak! Awas ada track! (truk)” teriak Boni.
“Ba diam ngana! Jutaaaaaa iniiiiiii!”

Orang Gila

Tempat tinggalnya Ungke letaknya bersisihan dengan rumah sakit jiwa. Siang itu, Ungke dibawa kerabatnya, yang bekerja menjadi perawat didalam rumah sakit itu.
Satu orang pasien bernama Gafur, dibawa keluar oleh kerabatnya.
“Om Bambe, mo bawa serta ka manakah ni pasien?” selidik Ungke.
“Iko jo (turut saja)!”
“Jadi kita ini mo tes kalu Gafur masih tetap hilang ingatan atau so sadar. Kita berprasangka buruk kwa dia ini so sadar mar pura-pura hilang ingatan,” sambung Om Bambe.
“Mo bawa serta ka manakah ini dang?” bertanya Ungke ingin tahu.
“Ka kolam renang.”
Setelah tiba di kolam renang yang jaraknya memang cukuplah dekat dari rumah sakit jiwa, Om Bambe memerintah Gafur melepas bajunya.
Satu per satu Gafur melepaskan bajunya, serta baru berhenti sesudah diteriaki Om Bambe.
“Eh, calana dalam nyandak perlu!”
Ungke terbahak-bahak lihat peristiwa baru saja. Ungke juga heran karena kolam renang tidak berisi air. Cuma kotak-kotak ubin mengilap.
“Skarang coba ngana ba lumpa (lompat) ka kolam, Gafur,” kata Om Bambe sekalian memberikan aba-aba dengan telunjuk.
Gafur cuma menggeleng-gelengkan kepala.
“Nah, coba ngana lia? So sadar kwa Gafur ini mar pura-pura hilang ingatan,” kata Om Bambe pastikan kecurigaannya sampai kini benar.
“Coba Om Bambe bertanya. Kiapa dia nimau (tidak ingin) ba lumpa?” kata Ungke.
“Eh, Gafur. Kiapa ngana nimau ba lumpa?”
Gafur, sekalian melipat ke-2 lengannya diatas dada menjawab, “Dingin.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cerita 3 Sekawan Si Buta, Si Tuli dan Si Bisu Yang Lucu

Cerita 3 Sekawan Si Buta, Si Tuli dan Si Bisu Yang Lucu Kumpulan Cerita Humor - Awal cerita mereka ialah tiga sekawan yang akrab bersa...